Waktu itu Nazilla kecil
baru berusia dua setengah tahun. Seperti kebanyakan balita lainnya, ia gemuk,
lucu dan lincah walau lahir dari
keluarga yang sederhana. Nazilla menjalani hidupnya bersama ketiga saudaranya
dengan ceria layaknya kanak-kanak lainnya.
Namun malang tak dapat
ditolak. Suatu hari Nazilla jatuh sakit. Kedua orangtuanya segera membawa
Nazilla ke puskesmas di daerah Caringin Bandung. Namun setelah berobat, kondisi
Nazilla malah menunjukkan sesuatu yang tidak biasa. Suhu tubuhnya sangat tinggi bahkan keluar bintik merah dari tubuhnya. Kemudian tubuhnya itu semakin lama
semakin kecil. Nyaris mirip orang kekurangan gizi dan malah menciut seperti bayi. Ia pun kehilangan kemampuan
motorik kasarnya.
Apalah daya kedua
orangtuanya. Untuk membawa Nazilla berobat kembali, mereka tidak mampu.
Akhirnya Nazilla hanya diberi pengobatan kampung ala kadarnya.
Hampir tiga tahun
berlalu semenjak kejadian itu. Kondisi fisik Nazilla makin parah. Ia nyaris
kehilangan kemampuan bicaranya. Badannya melemah. Bisanya cuma yang berbaring atau
digendong ayahnya. Tetapi orangtuanya hanya bisa pasrah. Kemampuan ekonomi
mereka tidak mencukupi. Maklum, ayah Nazilla hanya pedagang kecil di sekolah.
Begitupun ibunya yang hanya pedagang di pasar. Padahal mereka harus menghidupi
keempat anak dan dua nenek yang juga tinggal bersama mereka.
Rumah mereka
satu-satunya dengan terpaksa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kini mereka mengontrak sebuah rumah berdinding bambu yang bahkan uang sewanya
saja masih menunggak.
Beban keluarga itu
makin bertambah karena keadaan Nazilla yang memprihatinkan. Nazilla membutuhkan
4 sampai 6 pampers dalam sehari. Mereka pun ingin mengobati Nazilla dengan
psikoterapi di rumah sakit. Sayang, bagi mereka biaya psikoterapi itu cukup
mahal. Apalagi jika harus membeli alatnya yang harganya jutaan. Harapan mereka
nyaris pupus melihat wajah kecil yang dulu ceria itu berganti rupa sendu.
Tetapi keluarga itu
kembali memupuk harapan. Sekarang Zilla kecil sudah mau tersenyum. Nampaknya ia
mulai bisa menerima keadaan dirinya dengan lapang dada. Senyum itu seolah
semangat hidup yang membara yang menguatkan mereka untuk berusaha melakukan
terbaik untuk kesembuhannya. Nazilla kecil sungguh tegar.
Sejumlah jurnalis, seniman, ormas
dan lembaga swadaya masyarakat yang peduli di daerah Cimahi sana tergerak hatinya untuk
membantu. Rencananya mereka akan menggalang dana buat Nazilla kecil. Acaranya
sih sederhana saja. Selain membuat acara ngamen, pameran lukisan juga menyebar
kencleng ke instansi pemerintahan.
Mengenai keadaan Nazilla, dugaan sementara adalah korban malpraktek. Nazilla mengharapkan kesembuhan lewat nanar matanya. Semoga instansi terkait mau membantu dengan menindaklanjuti kasus ini. Dan semoga para dermawan terketuk hatinya untuk membantu meringankan penderitaan Nazilla.
Mengenai keadaan Nazilla, dugaan sementara adalah korban malpraktek. Nazilla mengharapkan kesembuhan lewat nanar matanya. Semoga instansi terkait mau membantu dengan menindaklanjuti kasus ini. Dan semoga para dermawan terketuk hatinya untuk membantu meringankan penderitaan Nazilla.
***
2 komentar:
Semangat untuk membahagiakan buah hati patut untuk di anjungi jempol :)
Karena mencintai itu indah, mas Irfan. Apalagi cinta tulus orangtua terhadap anaknya.
Posting Komentar