Sabtu, 06 April 2013

Adakah Harapan Hidup Lebih Baik Untuk Nazilla?


Waktu itu Nazilla kecil baru berusia dua setengah tahun. Seperti kebanyakan balita lainnya, ia gemuk, lucu dan lincah  walau lahir dari keluarga yang sederhana. Nazilla menjalani hidupnya bersama ketiga saudaranya dengan ceria layaknya kanak-kanak lainnya. 

Namun malang tak dapat ditolak. Suatu hari Nazilla jatuh sakit. Kedua orangtuanya segera membawa Nazilla ke puskesmas di daerah Caringin Bandung. Namun setelah berobat, kondisi Nazilla malah menunjukkan sesuatu yang tidak biasa. Suhu tubuhnya sangat tinggi bahkan keluar bintik merah dari tubuhnya. Kemudian tubuhnya itu semakin lama semakin kecil. Nyaris mirip orang kekurangan gizi dan malah menciut   seperti bayi. Ia pun kehilangan kemampuan motorik kasarnya. 


Apalah daya kedua orangtuanya. Untuk membawa Nazilla berobat kembali, mereka tidak mampu. Akhirnya Nazilla hanya diberi pengobatan kampung ala kadarnya. 


Hampir tiga tahun berlalu semenjak kejadian itu. Kondisi fisik Nazilla makin parah. Ia nyaris kehilangan kemampuan bicaranya. Badannya melemah. Bisanya cuma yang berbaring atau digendong ayahnya. Tetapi orangtuanya hanya bisa pasrah. Kemampuan ekonomi mereka tidak mencukupi. Maklum, ayah Nazilla hanya pedagang kecil di sekolah. Begitupun ibunya yang hanya pedagang di pasar. Padahal mereka harus menghidupi keempat anak dan dua nenek yang juga tinggal bersama mereka. 

Rumah mereka satu-satunya dengan terpaksa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kini mereka mengontrak sebuah rumah berdinding bambu yang bahkan uang sewanya saja masih menunggak. 

Beban keluarga itu makin bertambah karena keadaan Nazilla yang memprihatinkan. Nazilla membutuhkan 4 sampai 6 pampers dalam sehari. Mereka pun ingin mengobati Nazilla dengan psikoterapi di rumah sakit. Sayang, bagi mereka biaya psikoterapi itu cukup mahal. Apalagi jika harus membeli alatnya yang harganya jutaan. Harapan mereka nyaris pupus melihat wajah kecil yang dulu ceria itu berganti rupa sendu. 
 
Nazilla sekarang cacat permanen.
Tetapi keluarga itu kembali memupuk harapan. Sekarang Zilla kecil sudah mau tersenyum. Nampaknya ia mulai bisa menerima keadaan dirinya dengan lapang dada. Senyum itu seolah semangat hidup yang membara yang menguatkan mereka untuk berusaha melakukan terbaik untuk kesembuhannya. Nazilla kecil sungguh tegar.

Sejumlah jurnalis, seniman, ormas  dan lembaga swadaya masyarakat yang peduli di daerah Cimahi sana tergerak hatinya untuk membantu. Rencananya mereka akan menggalang dana buat Nazilla kecil. Acaranya sih sederhana saja. Selain membuat acara ngamen, pameran lukisan juga menyebar kencleng ke instansi pemerintahan. 

Mengenai keadaan Nazilla, dugaan sementara adalah korban malpraktek. Nazilla mengharapkan kesembuhan lewat nanar matanya. Semoga instansi terkait mau membantu dengan menindaklanjuti kasus ini. Dan semoga para dermawan terketuk hatinya untuk membantu meringankan penderitaan Nazilla. 


***

2 komentar:

Catatan Harian Irfan mengatakan...

Semangat untuk membahagiakan buah hati patut untuk di anjungi jempol :)

Unknown mengatakan...

Karena mencintai itu indah, mas Irfan. Apalagi cinta tulus orangtua terhadap anaknya.