Tet
terereteet….terererereteet…tet..te..tet..teet……Percaya tidak percaya kalau
mendengar suara itu di hape, aku bisa kalang kabut. Kalau sedang di kamar
mandi, kuambil handuk dan segera kugenggam hapeku erat-erat. Lalu senyum-senyum
sendiri, tak peduli busa masih menempel di punggung. Kalau lagi memasak,
terpaksa mematikan api dulu. Sudah bisa ditebak, akhirnya aku sibuk smsan. Lima
belas menit kemudian baru menyelesaikannya. Kalau sedang serius di tempat
kerja, maka pura-pura kebelet. Kemudian segera masuk kamar mandi dan sibuk
smsan di dalam, sampai terdengar bunyi ketukan. Kalau sedang menyapu halaman,
sapu dilemparkan dan lari masuk rumah mencari sumber suara. Pernah juga aku
lagi membaca novel di kamar, dan hapeku ada di ruang tamu, maka aku berlari.
Kakiku akhirnya kesandung sudut kursi. Aku
meringis tapi sambil beringsut
untuk meraih hapeku. Suara yang satu itu memang begitu menantang.
Pasti timbul
pertanyaan, kok bela-belain seperti itu memangnya dapat sms dari siapa? Apakah si
pengirim pesan begitu penting adanya? Hehe, pasti sudah tahulah jawabannya. Dia
pastilah seorang pria. Tampan? Ya iyalah. Mengesankan? Pastinya. Dulu ketika
jumpa pertama, dia memamerkan giginya yang putih bersih. Senyumnya disorot
matahari senja sehingga kilaunya menembus kegalauan hatiku. Aku seolah melihat
pangeran yang datang hendak menjemput calon putrinya. Dia juga membawa hadiah
kacang. Ooh, ternyata bukan sebuah buket bunga yang kudambakan.
Pria itu berhubungan
dekat dengan yang namanya “cinta”. Ia
adalah manusia satu-satunya yang mampu mengaduk-ngaduk hatiku. Aku lebih senang
mendefinisikan dia seperti koki cinta. Itu karena dia sanggup membuat adonan
menjadi masakan perasaan dengan berbagai cita rasa.
Misalnya dia membuat
aku gelisah saat kita berjanji pertama kali di selter mobil travel. Tidak tahu
kesalahanpengertiannya dimana. Dia malah turun di pintu timur. Dan aku menunggu
di pintu barat. Lalu demi keadilan kami bertemu di tengah-tengahnya.
Gelisahku
berkepanjangan karena di tempat yang dijanjikan dia tak ditemukan. Lucunya di
sana aku keliling-keliling berdua seorang pria ganteng yang membawa rangselnya
dan mencari ceweknya. Mulanya aku mengira kalau itu si koki cinta. Dan dia
mengira kalau aku adalah wanita yang dicarinya. Kita pandang-pandangan, saling
menelusuri, tapi tak berani menyapa atau bertanya.
Nah, saat itu hapeku
berbunyi. Aku memunggunginya. Saat itu aku berbicara dengan si koki cinta.
Ketika aku berbalik, ketahuan ternyata
dia sedang tidak berbicara dengan aku. Pria di dekatku ternyata bukan si koki
cinta. Jadi si koki cinta dimana?
“Aku di depan Hoka-hoka
Bento, Sayang!” Beritanya riang.
Pandanganku berkeliling. Segera aku mulai jalan. Meninggalkan pria yang sedang
bengong itu sendirian.
“Bye cowok, aku let’s go nih. Ternyata salah, kamu bukan
si koki cintaku kok,” batinku dalam
hati.
Pandanganku berkeliling
mencari restoran Jepang yang disebutkan itu. Tidak ada. Jadi dimana dia?
“Cinta, kamu dimana? Di
sini tidak ada restoran itu. Kamu saja yang mencariku ya? Aku malas jalan nih,
bingung soalnya. Kalau dalam lima menit tidak ketemu, maaf ya, aku mau pulang
saja,” jawabku.
Terbayang dia pasti
marah. Wajahnya memerah. Cewek yang dihadapinya gila atau apa. Masa dari Bali
sengaja jauh-jauh naik pesawat untuk bertemu sebentar denganku. Lalu menambah menumpang travel ke
Bandung. Dan sesudah sampai, akunya mau pulang? Kalau ketemu pun dia pasti
dendam, kenapa nih orang menyebalkan sekali. Tapi aku tidak peduli. Bagi aku
laki-laki itu wajib cerdas. Masa menemukan seorang aku yang konon dikaguminya
saja tidak mampu? Laki-laki macam apa pula itu? Sedang kan dunia ini saja
begitu luasnya. Masa mencari wanita yang jelas-jelas manis dan manja seperti
aku sulit ditemukan? Sengaja tidak kusebutkan
warna baju, sepatu atau tasku. Pokoknya dia harus menemukan aku, dengan
cara apapun. Termasuk masuk mal dan memberitahukan lewat informasi yang
mengumumkan bahwa ada seorang gadis yang hilang. Aku, tentunya. Hehe…
Lalu ketika aku berdiri
depan mal yang kebetulan sepi, aku melihat ada yang senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba ia muncul, entah dari mana. Dia
begitu bercahaya. Aku katakan demikian karena dia mudah sekali dikenali.
Kulitnya yang putih dan dandanannya yang rapi serta berada di tempat parkir
lapang membuat mata tak susah tertuju padanya.
Aku tersenyum. Kali ini
yakin pasti itu si koki cinta. Kalaupun salah, tak apalah. Paling aku mendapat
sedikit malu.
Si cowok memandangku,
berjalan ke arahku. Sementara senyum renyah dengan mudah kuobral padanya.
Bergegas dia mendapati aku. Kupercepat langkah menemui dia. Akhirnya bertemu.
“Sayang, sudah lama
menunggu?” Sapanya sambil menyalamiku. Segera kutarik tangannya untuk
kulekatkan di keningku. Begitu lho cara salamku untuk orang yang kuhormati.
Dia kelihatan dewasa
sekali. Gayanya berwibawa, namun mukanya terlihat jauh lebih muda dari usia
sebenarnya. Maka ketika kami berjalan menuju rumah makan, aku merasa seperti seorang ibu yang berjalan
dengan anak abegenya. Untungnya dia mengenakan kemeja formil sehingga aku
merasa sedang berjalan dengan rekan
kerja.
“Cinta, kamu sudah
makan belum?” Tanyaku setelah duduk di
salah satu cafe pilihan. Tempatnya nyaman. Selain itu juga bersih. Daftar
menunya terpampang besar plus harganya. Aku berharap mereka bisa melayani kami
dengan cepat. Bukan apa-apa, aku malu kalau ketahuan perutku bernyanyi karena
menahan lapar seharian.
Dia memesan kopi coklat
panas. Tidak makan. Dia bilang belum lapar. Aku sendiri begitu berselera
melihat hijau segarnya sayuran. Gado-gado, pada makanan itulah aku menjatuhkan
pilihan.
Dia memandang aku yang
sedang lahap menyantap makanan.
“Mh, enak dan segar ya,
Sayang?” Katanya berkomentar sambil memperlihatkan muka serius, memperhatikan
aku makan.
Tersenyum. Wah
sepertinya aku tak membutuhkan minuman teh manis ini lagi. Dia sudah sangat
manis dengan senyumnya itu.
“Tapi aku kenyang
sekali.” Lalu aku mengangsurkan sisa makanan itu ke depan. Kusudahi dengan
menelungkupkan kedua sendok dan garpu yang sudah lama berteman. Tanpa kusangka
dia menariknya dan menghabiskan jatah makanku itu. Bahkan sampai habis.
Bibirku berjungkit
heran.
“Sayang, kamu tidak
jijik?” Tanyaku.
Dia masih asyik
menyantap sisa timun dan kacang panjang. Sengaja tidak kuhabiskan karena keberadaannya di gado-gado itu tidak kusukai.
Sesudah habis barulah
dia menjawab.
“Sayang, jangan biarkan makanan terbuang. Cari uang
susah,” jawabnya.
Hah? Ooo..rupanya si
koki cinta seorang yang pelit! Aku mengernyit.
Lalu dia membayar ke
kasir. Dan menarikku ke toko kue untuk mampir.
Hallaaaaa ternyata dia
tidak pelit. Nampaknya hanya tipe orang yang suka irit.
Aku memilih beberapa
kue yang kusuka. Dan menanyakan padanya mau kue apa.
“Terserah Yayang saja,”
katanya.
Lalu kami menyetop
taksi untuk membawa dia ke rumahku.
Yang terjadi kemudian dia mengunci rumahku dari dalam.
Yang terjadi kemudian dia mengunci rumahku dari dalam.
Aku baru sadar kalau
malam telah menjelang. Dia melemparkan rangselnya ke kursi. Lalu menikmati
saling pandang-pandangan. Kemudian …..Aku terkejut bukan alang kepalang. Dia
menarik tirai tuleku dan mengikat tanganku ke belakang. Belum sempat kuberucap satu
katapun dalam keheranan. Dia lalu mengambil taplak meja kecil dan menyumbat
mulutku dengan itu. Ternyata aku diperlakukan seperti botol olehnya. Lalu dia
mendorongku ke kursi panjang.
Tiba-tiba….tok…tok..tok…pintu
rumahku digedor. Pasti itu pak Rt yang suka kemalaman minta sumbangan bulanan.
Aku berontak. Si koki cinta panik. Dia nampak menarik rambutnya.
“Kat!” Suara itu keras
sekali masuk telingaku. Aku terduduk. Si koki cinta membuka semua ikatan di
tangan dan sumbatan di mulutku. Dia lalu mengecup keningku dengan lembut.
“Akting kalian berdua
bagus. Sempurna. Good!” Begitu kata
sang sutradara.
Ya itu memang akting
kami di film Koki Cinta. Itu merupakan film roman
comedy terakhir yang harus kami selesaikan
sebelum pernikahan kami bulan
depan.
Selesai shooting, kuhabiskan malam menikmati
purnama. Betapa manisnya cinta lokasi yang akan mempertemukan kami menjadi
kesatuan suci. Saatnya akan tiba dimana aku akan hidup bersama dengan si koki
cinta sebenarnya. Yeah….Jangan lupa doakan kami ya.
****
2 komentar:
wah, si koki cinta kok jadi pencuri cinta ya????
semoga sukses deh syuting nya...
^_^
Hahaha...makasih mbak Siti Nurjanah.
Posting Komentar