Minggu, 25 November 2012

Misteri Mahluk di Sungai Kamba


Ada seorang anak laki-laki bernama Pasha. Kedua orangtuanya bekerja mencari kayu bakar di hutan. Pasha selalu membantu mereka. Bahkan ia pun bisa menangkap ikan untuk dimakan. Kebetulan dekat rumah mereka ada sebuah sungai besar. Namanya sungai Kamba.
Suatu hari ketika Pasha sedang mencari ikan, dia melihat sesuatu yang bergerak amat cepat. Air menyemburat menimbulkan gelombang. Pasha tercengang. Hatinya bertanya-tanya, mahluk apa itu sebenarnya. Lalu dia bergegas pulang untuk memberitahu kedua orangtuanya.
Setelah sampai di rumah, Pasha menceritakan semua kejadiannya. Bapak dan ibunya tidak percaya.
“Iya Pak, Bu. Aku tadi melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan airpun memuncrat jauh ke atas,” jelas  Pasha meyakinkan.
“Aah, paling cuma ikan,” jawab bapaknya.
“Tapi aneh juga lho, Pak. Selama ini kan belum ada kejadian seperti ini. Bagaimana kalau kita tanyakan hal ini kepada pak Dadan. Bukankah dia sudah lama sekali tinggal di sini. Dia pasti tahu!” Usul ibunya.
“Jangan-jangan itu buaya yang bisa membunuh kita. Iiiy…amit-amit!” Terusnya lagi.
Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk menemui pak Dadan.
Ternyata pak Dadan pun pernah melihat mahluk itu.
“Dia membuat pusaran yang amat cepat. Kemudian melompat dan menghilang,” jelas pak Dadan. “Saya tak berani menceritakannya kepada siapapun , takut saya hanya salah lihat,” jelasnya kemudian.
Akhirnya semua sepakat untuk menyelidikinya.

***

Embun masih berdiam di daun-daun. Udara terasa dingin. Matahari masih belum sepenuhnya muncul. Tapi pagi itu mereka berempat sudah sampai di sungai Kamba. Lalu terlihat menurunkan semua peralatan yang diperlukan. Ada jarring, umpan, pancing, ember dan lain-lain. Segera mereka bersiaga di pinggir sungai.
Tetapi setelah menunggu beberapa lama, mereka merasa bosan. Mahluk misterius itu tak muncul-muncul. Merekapun berniat pulang ke rumah.
Saat baru berjalan beberapa langkah, mereka mendengar bunyi air berdesir. Serempak mereka melihat ke arah sungai. Ternyata sosok mahluk itu muncul. Semua berlari dan dengan sigap ayah Pasha merentangkan jala. Dan hap! Mahluk itu tertangkap sudah.
“Waah, ikan apa ini. Lihat, matanya bersinar seperti mata kucing di waktu gelap!” Kaget  bapaknya Pasha.
“Bapak, ia mempunyai kumis juga!” Teriak Pasha.
“Warna tubuhnya kuning keemasan. Bagus sekali!” Puji ibu Pasha.
“Waah, kalau dijual untuk ikan hias, pasti mahal nih!” Kata pak Dadan berharap.
“Hei lihat, dia mengeluarkan airmata!” Teriak ibu Pasha. “Barangkali ia sedih karena kita menangkapnya.”
“Bagaimana kalau kita lepaskan saja, Pak?” Pinta Pasha.
“Iya. Kasihan. Kita biarkan saja dia. Siapa tahu ia bisa berkembang biak dan bersahabat dengan kita,” usul pak Dadan.
“Setuju!” Kata mereka serempak.
Akhirnya ikan itu dilepaskan kembali. Mahluk sepanjang  enam puluh sentimeter itupun melompat  riang.  Sebelum menghilang mahluk itu membuat atraksi salto yang indah. Gerakannya itu seolah ucapan terimakasih. Mereka terpesona dibuatnya.
Ikan itu akhirnya menghilang. Sampai sekarang tak pernah kelihatan lagi.


***

2 komentar:

Astin Astanti mengatakan...

bagus banget tulisannya, senang nulis cerita anak ya bun?
salam kenal

Unknown mengatakan...

Salam kenal kembali Mbak Astin, iya senang sekali menulis cerita anak, hanya mencari idenya susah banget, walaupun sehari-hari berinteraksi dengan ank-anak. Terimakasih ya sudah mampir di sini.