Ada
seorang anak laki-laki bernama Pasha. Kedua orangtuanya bekerja mencari kayu
bakar di hutan. Pasha selalu membantu mereka. Bahkan ia pun bisa menangkap ikan
untuk dimakan. Kebetulan dekat rumah mereka ada sebuah sungai besar. Namanya
sungai Kamba.
Suatu
hari ketika Pasha sedang mencari ikan, dia melihat sesuatu yang bergerak amat
cepat. Air menyemburat menimbulkan gelombang. Pasha tercengang. Hatinya
bertanya-tanya, mahluk apa itu sebenarnya. Lalu dia bergegas pulang untuk
memberitahu kedua orangtuanya.
Setelah
sampai di rumah, Pasha menceritakan semua kejadiannya. Bapak dan ibunya tidak
percaya.
“Iya
Pak, Bu. Aku tadi melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan airpun
memuncrat jauh ke atas,” jelas Pasha
meyakinkan.
“Aah,
paling cuma ikan,” jawab bapaknya.
“Tapi
aneh juga lho, Pak. Selama ini kan belum ada kejadian seperti ini. Bagaimana
kalau kita tanyakan hal ini kepada pak Dadan. Bukankah dia sudah lama sekali
tinggal di sini. Dia pasti tahu!” Usul ibunya.
“Jangan-jangan
itu buaya yang bisa membunuh kita. Iiiy…amit-amit!” Terusnya lagi.
Mereka
bertiga akhirnya memutuskan untuk menemui pak Dadan.
Ternyata
pak Dadan pun pernah melihat mahluk itu.
“Dia
membuat pusaran yang amat cepat. Kemudian melompat dan menghilang,” jelas pak
Dadan. “Saya tak berani menceritakannya kepada siapapun , takut saya hanya
salah lihat,” jelasnya kemudian.
Akhirnya
semua sepakat untuk menyelidikinya.
***
Embun
masih berdiam di daun-daun. Udara terasa dingin. Matahari masih belum
sepenuhnya muncul. Tapi pagi itu mereka berempat sudah sampai di sungai Kamba.
Lalu terlihat menurunkan semua peralatan yang diperlukan. Ada jarring, umpan,
pancing, ember dan lain-lain. Segera mereka bersiaga di pinggir sungai.
Tetapi
setelah menunggu beberapa lama, mereka merasa bosan. Mahluk misterius itu tak
muncul-muncul. Merekapun berniat pulang ke rumah.
Saat
baru berjalan beberapa langkah, mereka mendengar bunyi air berdesir. Serempak
mereka melihat ke arah sungai. Ternyata sosok mahluk itu muncul. Semua berlari
dan dengan sigap ayah Pasha merentangkan jala. Dan hap! Mahluk itu tertangkap
sudah.
“Waah,
ikan apa ini. Lihat, matanya bersinar seperti mata kucing di waktu gelap!” Kaget
bapaknya Pasha.
“Bapak,
ia mempunyai kumis juga!” Teriak Pasha.
“Warna
tubuhnya kuning keemasan. Bagus sekali!” Puji ibu Pasha.
“Waah,
kalau dijual untuk ikan hias, pasti mahal nih!” Kata pak Dadan berharap.
“Hei
lihat, dia mengeluarkan airmata!” Teriak ibu Pasha. “Barangkali ia sedih karena
kita menangkapnya.”
“Bagaimana
kalau kita lepaskan saja, Pak?” Pinta Pasha.
“Iya.
Kasihan. Kita biarkan saja dia. Siapa tahu ia bisa berkembang biak dan
bersahabat dengan kita,” usul pak Dadan.
“Setuju!”
Kata mereka serempak.
Akhirnya
ikan itu dilepaskan kembali. Mahluk sepanjang
enam puluh sentimeter itupun melompat riang. Sebelum
menghilang mahluk itu membuat atraksi salto yang indah. Gerakannya itu seolah
ucapan terimakasih. Mereka terpesona dibuatnya.
Ikan
itu akhirnya menghilang. Sampai sekarang tak pernah kelihatan lagi.
***
2 komentar:
bagus banget tulisannya, senang nulis cerita anak ya bun?
salam kenal
Salam kenal kembali Mbak Astin, iya senang sekali menulis cerita anak, hanya mencari idenya susah banget, walaupun sehari-hari berinteraksi dengan ank-anak. Terimakasih ya sudah mampir di sini.
Posting Komentar