Jodoh adalah bagian daripada harta. Seperti halnya harta maka jodoh perlu dicari dengan usaha.
Dalam urusan jodoh, kita seolah ingin yang terbaik menurut versi kita. Padahal Tuhanlah yang paling tahu siapakah yang paling cocok untuk kita. Maka, janganlah ngotot dengan kriteria sendiri, tak ada satu pun manusia yang sempurna. Terimalah jodoh kita dengan lapang dada.
Aku sedang menjalin hubungan cinta dengan seorang manusia. Kita sebut saja Tuan Cahaya yang Baik Hati. Dia adalah pria yang luar biasa. Istimewa dalam ukuran penglihatan batinku. Orangnya ramah. Dia memang baik hati. Mempunyai kesabaran yang tinggi. Sangat rendah hati. Tak pernah mau menonjol walaupun mempunyai karir yang tinggi. Setiap kali kubertanya mengapa ia tidak merasa bangga. Ia selalu mengatakan, “aku tidak berani merasa bangga karena aku tahu siapa diriku sebenarnya dulu.”
Pada wajahnya yang memancarkan kebaikan selalu aku merindukannya. Setiap kali tersenyum, aku dibuat terpesona. Dia orang yang penuh pengertian, penuh perhatian dan penuh kasih sayang. Dia juga sangat cerdas dan berwawasan. Apapun topik bahasan yang kukemukan, pengetahuannya sering jauh melampaui aku. Orang-orang yang cerdas dan berwawasan seperti itu, sering membuat gairah hidupku membara. Semangat menyala-nyala, seolah hidup akan dijalani lebih lama. Itu karena aku adalah tipe orang yang pembosan. Pengetahuan dan pengalaman orang-orang seperti itu rasanya bisa memuaskan dahagaku akan sesuatu.
Bahkan saat aku menulis tentang parenting, aku dihadapkan pada masalah yang membuat aku kesal luar biasa. Aku curhat habis padanya. Aku katakan aku kesal sekali pada anakku karena menurutku dia seorang yang egois. Tetapi dia menyarankanku sesuatu tak terkira. Dia menyuruh aku meminta maaf kepada anakku karena menurutnya anakku sedang dalam masa tertekan. Yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan, selesai aku melaksanakan titahnya, perubahan terjadi. Sesuatu yang rasanya mustahil. Anakku berubah baik dan sopan sekali. Dia berbicara dengan kata-kata yang santun, meminta maaf juga padaku. Dan melaksanakan kegiatan harian tanpa pernah disuruh-suruh lagi. Ilmu psikologi pendidikan yang belum kudapatkan, bahkan dari puluhan referensi yang kubaca waktu itu.
Tetapi letak keistimewaan dia bukan pada itu. Bukan pada cara dia memberi motivasi padaku untuk lebih maju. Bukan juga dengan dukungannya yang tak henti agar aku bisa meraih cita-citaku. Tetapi pada kebesaran jiwanya dalam mencintai orangtuanya. Dia lera menghabiskan harta yang dia kumpulkan selama ini demi untuk pengobatan orangtuanya.
Rasanya aku menjadi orang paling picik di dunia ini. Saat seperti itu aku meminta untuk memutuskan tali kasih dengannya. Tepat pada saat hari raya Iedul Fitri kemarin. Dan dia sudah tahu dengan jelas alasannya. Kita tidak bersitegang, kita damai dan saling mendoakan. Di saat ada orang lain yang ingin serius denganku, kenapa aku harus menolaknya? Egois ya, tetapi aku tidak mau waktu berlalu tanpa kepastian. Jika di hadapan mataku adalah realita, kenapa aku harus mengejar bayangan yang tidak nyata? Waktu yang tidak tentu? Bukankah hidup adalah kumpulan ketidakpastian? Dan bukankah manusia adalah pengejar harapan dan mencari satu titik tujuan yaitu bahagia?
Intinya, aku semakin salut dan kagum pada Tuan Cahaya yang Baik Hati. Semua sikap pengertiannya, walau aku tahu pasti hatinya pasti memendam luka. Tapi aku tidak mau mendengar hal itu sebagai hal yang biasa baginya. Maafkan aku ya. Tetapi ingat, saat ini luka, tapi bersiaplah menjunjung surga untuk semua pengorbanan tulus yang telah kau berikan untuk orang-orang yang kau cintai.
Pada manusia langka seperti itu, aku akan selalu mengukir doa, aku akan selalu mengangkat topi, memberi penghormatan yang tiada dua. Ya, aku bangga padanya tak terkira. Semoga Allah akan lebih mencintaimu di dunia dan akherat sana. Amin.
Kembali, jodoh memang bukan urusan manusia. Manusia hanya wajib berusaha, tapi Tuhan juga penentunya. Ya Allah, Rab kami, jika dia yang baru datang memang jodohku, maka berikanlah kehidupan yang berkah dan senantiasa dalam perlindungan dan kasih sayangMU. Amin.
Motivasi Berwarna untuk marsudiyanto.net
5 komentar:
Menurut saya…
Yang namanya jodoh itu bukan paket build up, tidak jatuh dari langit dan tidak datang secara ujug2. Jodoh itu tidak didapat dari mencari tapi membangun, membina dan mengelola apa yang sudah ada. Yang semula dianggap tidak jodoh, jika dikelola dengan benar akan bisa bersemi menjadi bibit jodoh.
Semoga apa yang ada ini bener2 jodoh.
=========================
Makasih atas partisipasinya
Salam
Semoga mendapatkan yang terbaik ...
Selamat ngontes mbak ...
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa wanita lebih tertarik dengan pria yang memberikan kepastian. Fenny sendiri memilih meninggalkan pacar yang sudah 2,5 tahun berjuang bersama Fenny karena dia tak juga berani memberikan kepastian untuk menikahi Fenny. Alhamdulillah, selang sebulan Fenny dipertemukan dengan pria yang Fenny cari.
*koq jadi curhat, hihii
Mas Marsudiyanto, iya benar mas, jodoh itu bukan tiba-tiba datang mengetuk pintu dan memperkenalkan diri dengan mengatakan," salam, saya jodoh." Amin. Terimakasih doanya.
Wong cilik...Amin. Terimakasih ya.
Posting Komentar