Teringat masa dulu. Itu lho
jamannya aku masih gadis dan sering disuruh mama untuk mengantar adik-adik berburu baju lebaran. Repot sekali waktu itu. Selain adik yang
masih kecil-kecil, mereka susah sekali dibawa naik kendaraan umum. Eh ketika
memilih baju, masih juga ribet. Ini
kurang bagus, itu kurang senang dan lain sebagainya. Padahal kamar pas ngantrinya sudah seperti
ular piton. Tambahan lagi, semakin dekat ke hari H semakin orang
berdesak-desakan. Hal itu tentu saja membuat adik-adikku kelelahan.
Sebagai
kakak tertua aku harus bisa membujuk mereka agar mendapatkan barang yang mereka
inginkan. Jangan sampai pekerjaan kita sia-sia. Kembali ke rumah dengan tangan hampa. Maka aku mencari segala macam trik agar adik-adikku mood belanjanya. Biasanya aku menyelip di tempat agak lapang
untuk mencicipi es krim bersama mereka. Atau kuajak dulu mereka makan di restoran siap saji. Setelah
bersemangat kembali, baru kuajak berkeliling-keliling lagi.
Tetapi tambah
siang tambah orang berdesakan. Hingga akhirnya aku memaksakan kehendak
kepada mereka dengan sedikit ancaman. Maksudnya agar adikku memilih baju dan celana yang dekat tempat kita berdiri saja. Bahkan celananya dicoba di dekat situ juga. Aku lalu mencari tempat agak tersembunyi di balik baju-baju yang tinggi.
Mulanya adikku malu karena membuka celana di tempat sembarangan. Kupikir tak mengapalah, toh dia masih kecil ini. Dengan begitu akhirnya didapatlah celana dan baju yang diinginkan.
Haah, hari yang melelahkan tentunya. Plus harus memperhatikan ultimatum dari mama agar segera pulang setelah urusan selesai. Hal itu karena kemungkinan besar jalanan macet. Yang pada akhirnya membuat kami harus buka puasa di jalan.
Haah, hari yang melelahkan tentunya. Plus harus memperhatikan ultimatum dari mama agar segera pulang setelah urusan selesai. Hal itu karena kemungkinan besar jalanan macet. Yang pada akhirnya membuat kami harus buka puasa di jalan.
Tetapi lain dulu lain sekarang. Sekarang
kan jamannya teknologi canggih. Mau belanja baju anak cukup buka internet. Bahkan
anaknya bisa memilih sendiri dengan cara yang amat gampang. Klik kanan,
klik kiri , klik mana saja yang disukai. Wah..wah..wah..
Dan ternyata yang mengalami masa
itu adalah para keponakan. Mereka yang familiar dengan internet sudah
bisa memilih sendiri bajunya. Bahkan lengkap dengan aksesorinya seperti bando,
kalung, dompet, tas dan lainnya. Orangtua cukup mencari kata kunci seperti 'jual baju anak'. Maka akan bertebaran link yang bisa membantu merujuknya menuju toko
online yang menjual baju anak branded. Begitu pun untuk mendapatkan harga
miring, orangtua bisa mencarinya di grosir baju anak.
Ternyata belanja seperti ini
menyenangkan bagi anak. Mereka bahagia karena merasa diberi kepercayaan orangtuanya untuk memilih
baju dengan model dan warna kesukaan mereka sendiri. Jika dilakukan bersama-sama maka hal itu bisa menambah keakraban antara orangtua dan anak.
Bahkan untuk anak yang masih kanak-kanak, hal itu bisa menjadi sebuah pembelajaran dan menambah pengetahuannya. Misalnya orangtua memangku anak duduk sambil melihat layar monitor. Sambil mengamati model-model baju, orangtua bisa mengajarkan pengetahuan kepada anaknya. Misalnya mengenalkan anak berbagai macam busana. Mulai jenis-jenis pakaian seperti dari kaos, blus, celana, rok dan lain sebagainya. Selain itu orangtua juga bisa mengenalkan anak dengan ukuran.
Misalnya, “baju yang ini tangannya panjang, tetapi yang itu tangannya pendek. Ade suka yang mana?”
Anak juga bisa belajar tentang gender. Misalnya orangtua menjelaskan perbedaan antara pakaian laki-laki dan perempuan. Lebih bagus lagi kalau sekalian diajari etika berpakaian.
Anak juga bisa sekalian diperkenalkan dengan berbagai warna. Seperti, "Ade memilih baju yang warnanya biru, coklat, merah atau yang campur-campur? Coba lihat ada warna apa saja di baju itu?”
Dengan cara seperti itu, pengetahuan anak bertambah banyak. Anak pun gembira karena bisa melakukan aktivitas bersama orangtua. Lebih jauhnya lagi, anak akan mempunyai selera berbusana yang baik. Setelah dewasa nanti ia tidak akan berpenampilan norak Hal itu karena orangtua secara tidak sengaja telah mengajarkan anak seluk beluk berbusana lewat belanja online dengan metode bermain sambil belajar.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar